Sindrom Crigler-Najjar -- Defisiensi Glukuronil Transferase Tipe II
"
A. Pengertian
Sindrom Crigler-Najjar adalah
hasil dari mutasi satu dari lima ekson dari kode genetic pada enzim
bilirubin-UDP-Glucuronosyl transferase 1. Sindrom ini pertama kali diketahui
oleh Crigler dan Najjar (1952) dalam laporan mereka dari enam bayi dari tiga
keluarga kandung dengan beberapa jaundice non-hemolitik tidak terkonjugasi.
Arias et al, membagi penyakit ini menjadi dua tipe (1 dan 2) berdasarkan respon
dari serum bilirubin untuk terapi fenoarbital. Bagaimanapun perbedaan klinis
kedua tipe dapat menjadi sulit, terutama pada awal kelahiran bayi.
Penyakit autosom dominan ini
dengan berbagai penetrans yang mencolok bisa muncul pada cara yang sama dengan
sindrom tipe I, atau mungkin gangguan kurang berat, kadang-kadang bahkan tanpa
manifestasi neonatus.
- Sindrom Crigler Najjar Tipe I
Tipe ini berbentuk lebih serius,
dengan beberapa jaundice di beberapa hari pertama kehidupan dan potensi risiko
berdasarkan kernikterus di awal kelahiran. Heterozigot secara fenotipe normal
dengan serum bilirubin normal.
- Sindrom Crigler Najjar Tipe II
Meskipun pada beberapa jaundice
dengan sangat tingginya kadar serum bilirubin tak terkonjugasi, ini tidak
menunjukkan bukti adanya hemolisis atau penyakit hati. Apabila gangguan ini
muncul pada masa neonatus, biasanya ada hiperbilirubinemia tidak terkonjugasi
selama usia 3 hari pertama; kadar bilirubin serum mungkin dalam rentangan yang
sesuai dengan ikterus fisiologis atau mungkin pada kadar pathologis.
Ciri-cirinya, kadar tetap meninggi pada dan setelah usia minggu ke-3, menetap
pada rentangan 1,5-22 mg/dL; kadar bawah rentangan ini bisa menyebabkan
ketidakjelasan apakah bilirubinemia kronis memang ada. Kernikterus adalah
sindrom neurologik hasil dari deposisi dari bilirubin tak terkonjugasi di basal
ganglia dan nukleus batang otak. Ini merupakan komplikasi umum dari CN tipe I
dan yang pertama ditandai di awal masa neonatal. Gejala termasuk lethargi,
susah menelan, kehilangan reflex Moro, kesulitan bernapas, opistotonus, kurang refleks
tendon, konvulsi dan kram. Pengobatan dengan pertukaran transfusi dan
fototerapi harus diberikan secara intensif pada tahap awal untuk memastikan
kadar yang relative aman dari bilirubin tak terkonjugasi untuk mencegah
pengembangan kernikterus. Warna tinja
normal, dan bayi tanpa tanda atau gejala klinis penyakit. Biasanya terdapat
riwayat keluarga atau kemiripan pada saudara.
B. Diagnosis
Untuk menegakkan diagnosis
penyakit ini, biasanya dilihat dari riwayat keluarga pasien, beberapa jaundice
tanpa hemolisis, atau melalui tanda-tanda penyakit hati. Riwayat dari
pertukaran transfusi di indeks kasus dan /atau saudara lain dapat ditambahkan
untuk menegakkan diagnosis ini. Biasanya fungsi hati normal. Kadar bilirubin
empedu mendekati normal pada sindrom tipe II.
C. Pengobatan
Bayi dan anak kecil (muda) dengan
ikterus yang sedang menderita sindrom tipe II berespons dengan cepat terhadap 5
mg/kg/24 jam fenoarbital oral dengan menurunkan kadar bilirubin serum menjadi
2-3 mg/dL dalam 7-10 hari. Pengobatan ini tidak direspons oleh penderita dengan
tipe I. Transfusi mungkin diperlukan pada Neonatus dengan sindrom CN tipe 1
untuk memastikan kadar bilirubin tak terkonjugasi aman walaupun melanjutkan
foto terapi hingga 18 jam/hari. Selanjutnya, anak mungkin tetap melakukan
fototerapi selama beberapa jam. Cholestyramin oral mungkin ditambahkan di
terapi untuk mengikat bilirubin di usus.
Transplantasi hati adalah
satu-satunya terapi yang menjamin keselamatan anak dari kernikterus. Ini lebih
baik dilakukan pada pasien muda dengan sindrom CN tipe I dengan manifestasi
neurologic.
Sumber:
Aziz, abdel, dkk. 2012 . Textbook of Clinical Pediatrics Second
Edition. Berlin: Springer-Verlag Berlin Heidelberg.
Behrman, Kliegman & Arvin.
2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson Vol. II
Edisi 15. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
"
A. Pengertian
Sindrom Crigler-Najjar adalah
hasil dari mutasi satu dari lima ekson dari kode genetic pada enzim
bilirubin-UDP-Glucuronosyl transferase 1. Sindrom ini pertama kali diketahui
oleh Crigler dan Najjar (1952) dalam laporan mereka dari enam bayi dari tiga
keluarga kandung dengan beberapa jaundice non-hemolitik tidak terkonjugasi.
Arias et al, membagi penyakit ini menjadi dua tipe (1 dan 2) berdasarkan respon
dari serum bilirubin untuk terapi fenoarbital. Bagaimanapun perbedaan klinis
kedua tipe dapat menjadi sulit, terutama pada awal kelahiran bayi.
Penyakit autosom dominan ini
dengan berbagai penetrans yang mencolok bisa muncul pada cara yang sama dengan
sindrom tipe I, atau mungkin gangguan kurang berat, kadang-kadang bahkan tanpa
manifestasi neonatus.
- Sindrom Crigler Najjar Tipe I
Tipe ini berbentuk lebih serius,
dengan beberapa jaundice di beberapa hari pertama kehidupan dan potensi risiko
berdasarkan kernikterus di awal kelahiran. Heterozigot secara fenotipe normal
dengan serum bilirubin normal.
- Sindrom Crigler Najjar Tipe II
Meskipun pada beberapa jaundice
dengan sangat tingginya kadar serum bilirubin tak terkonjugasi, ini tidak
menunjukkan bukti adanya hemolisis atau penyakit hati. Apabila gangguan ini
muncul pada masa neonatus, biasanya ada hiperbilirubinemia tidak terkonjugasi
selama usia 3 hari pertama; kadar bilirubin serum mungkin dalam rentangan yang
sesuai dengan ikterus fisiologis atau mungkin pada kadar pathologis.
Ciri-cirinya, kadar tetap meninggi pada dan setelah usia minggu ke-3, menetap
pada rentangan 1,5-22 mg/dL; kadar bawah rentangan ini bisa menyebabkan
ketidakjelasan apakah bilirubinemia kronis memang ada. Kernikterus adalah
sindrom neurologik hasil dari deposisi dari bilirubin tak terkonjugasi di basal
ganglia dan nukleus batang otak. Ini merupakan komplikasi umum dari CN tipe I
dan yang pertama ditandai di awal masa neonatal. Gejala termasuk lethargi,
susah menelan, kehilangan reflex Moro, kesulitan bernapas, opistotonus, kurang refleks
tendon, konvulsi dan kram. Pengobatan dengan pertukaran transfusi dan
fototerapi harus diberikan secara intensif pada tahap awal untuk memastikan
kadar yang relative aman dari bilirubin tak terkonjugasi untuk mencegah
pengembangan kernikterus. Warna tinja
normal, dan bayi tanpa tanda atau gejala klinis penyakit. Biasanya terdapat
riwayat keluarga atau kemiripan pada saudara.
B. Diagnosis
Untuk menegakkan diagnosis
penyakit ini, biasanya dilihat dari riwayat keluarga pasien, beberapa jaundice
tanpa hemolisis, atau melalui tanda-tanda penyakit hati. Riwayat dari
pertukaran transfusi di indeks kasus dan /atau saudara lain dapat ditambahkan
untuk menegakkan diagnosis ini. Biasanya fungsi hati normal. Kadar bilirubin
empedu mendekati normal pada sindrom tipe II.
C. Pengobatan
Bayi dan anak kecil (muda) dengan
ikterus yang sedang menderita sindrom tipe II berespons dengan cepat terhadap 5
mg/kg/24 jam fenoarbital oral dengan menurunkan kadar bilirubin serum menjadi
2-3 mg/dL dalam 7-10 hari. Pengobatan ini tidak direspons oleh penderita dengan
tipe I. Transfusi mungkin diperlukan pada Neonatus dengan sindrom CN tipe 1
untuk memastikan kadar bilirubin tak terkonjugasi aman walaupun melanjutkan
foto terapi hingga 18 jam/hari. Selanjutnya, anak mungkin tetap melakukan
fototerapi selama beberapa jam. Cholestyramin oral mungkin ditambahkan di
terapi untuk mengikat bilirubin di usus.
Transplantasi hati adalah
satu-satunya terapi yang menjamin keselamatan anak dari kernikterus. Ini lebih
baik dilakukan pada pasien muda dengan sindrom CN tipe I dengan manifestasi
neurologic.
Sumber:
Aziz, abdel, dkk. 2012 . Textbook of Clinical Pediatrics Second
Edition. Berlin: Springer-Verlag Berlin Heidelberg.
Behrman, Kliegman & Arvin.
2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson Vol. II
Edisi 15. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
0 komentar:
Posting Komentar