Pages

Jumat, 21 Maret 2014

Macam-Macam Penyakit Yang Menyebabkan Penurunan Berat Badan

Berbagai macam penyakit dapat menyebabkan penambahan berat badan maupun penurunan berat badan. Penambahan berat badan berlebih memang dapat mengakibatkan berbagai komplikasi ringan hingga serius, namun bagi penurunan berat badan yang cukup banyak tanpa ada alasan yang jelas bukan berarti sebaliknya, melainkan hal inilah yang harus di waspadai. Mekanisme terjadinya penurunan berat yang bersifat patologik mencakup penurunan asupan makanan, peningkatan laju metabolisme dan kehilangan kalori dalam urin atau tinja yang hampir semua ini bisa bekerja  sendirian atau bersama-sama. Hampir setiap keadaan sakit yang serius dapat menyebabkan penurunan berat badan lewat efek langsung yang ditimbulkan oleh penyakit tersebut atau dengan menimbulkan malaise dan depresi. Tanda yang menyebabkan penurunan selera dan hilangnya jaringan terakselerasi tidak dikenal. Keseimbangan nitrogen yang negatif setelah terjadinya trauma , pembedahan atau sakit yang membawa keadaan stres cenderung diperantarai oleh glukagon dan hormon katabolik lainnya. Molekul kandidat tambahan untuk penyakit senyawa-senyawa sitokin yang menginduksi penurunan berat seperti faktor nekrosis tumor (cachectin) dan adipsin, tetapi bukti keterlibatannya tidak cukup.

Beberapa kategori penyakit perlu dipertimbangkan ketika penurunan berat terjadi secara mencolok:

->  Diabetes Melitus
Menurut WHO tahun 1999, Diabetes Melitus (DM) didefinisikan sebagai suatu penyakit atau gangguan metabolisme kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah disertai dengan gangguan metabolism karbohidrat, lipid dan protein sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi insulin dapat disebabkan oleh gangguan atau defesiensi produksi insul in oleh sel -sel beta Langerhans kelenjar pancreas, atau disebabkan oleh kurang responsifnya sel-sel tubuh terhadap insulin.
Diabetes melitus (DM) adalah kelompok penyakit metabolik yang dikarakteristikkan oleh tingginya kadar glukosa dalam darah (hiperglikemia) karena kelainan sekresi insulin, kelainan kerja insulin, atau kombinasi keduanya. Diabetes Melitus mempunyai dua tipe utama yaitu DM Tipe 1 (DMT1) yang tergantung insulin (Insulin Dependent Diabetes Melitus/IDDM) dan DM tipe 2 (DMT2) tidak tergantung insulin (Non Insulin Dependent Diabetes Melitus/NIDDM). Penurunan berat yang inisial bersamaan dengan dimulainya penyakit diabetes terutama disebabkan oleh diuresis osmotik karena hiperglikemia. Selanjutnya, kehilangan massa jaringan terjadi pada diabetes melitus tergantung insulin (DMT1) sebagai dari pemborosan energi (konsekuensi dari glukosuria) dan abnormalitas hormonal yang menandai penyakit tersebut. Defisiensi insulin dan kelebihan glukagon mengakibatkan terganggunya sintesis protein serta lemak dan sekaligusa mempercepat proteolisis serta lipolisis yang terjadi sedemikian rupa sehingga keadaan energi netto bersifat katabolik. Penurunan berat badan pada diabetes sering disertai dengan peningkatan asupan makanan.

->  Penyakit endokrin
Salah satu dari penyakit endokrin, yaitu Hipertiroidisme. Didalam Jurnal Pengelolaan dan Pengobatan Hipertiroidi, Guntur Hermawan menjelaskan bahwa Hipertiroidi (Penyakit Graves, PG) atau juga disebut tirotoksikosis adalah suatu keadaan akibat peningkatan kadar hormon tiroid bebas dalam darah. Hipertiroidisme biasanya menyebabkan penurunan berat badan dan pasien sering mengkonsumsi diet tinggi karbohidrat. Peningkatan selera makan dan asupan makanan lazim terjadi. Penurunan energi berlangsung dengan jumlah yang sangat besar terutama akibat dari peningkatan laju metabolisme dan aktivitas motorik. Mekanisme terjadinya penurunan berat oleh keadaan thyroxicosis belum dapat dipastikan. Pada binatang mengerat hormon tiroid meningkatkan aktivitas trifosfatadenosin NaK (ATPase) dibanyak jaringan yang menyebabkan siklus penghancuran  dan sintesis ATP gagal dengan hilangnya energi sebagai panas. Gangguan ini tidak tampak bekerja pada manusia. Apapun mekanismenya metabolisme tidak digandakan pada thyrotoxicosis, menerangkan timbulnya panas berlebihan dan hilangnya kalori.
Pada hipotiroidisme apatetik penurunan berat dan kelemahan dapat mendominasi gambaran klinisnya dengan sedikit gejala kegelisahan. Kelainan endokrin lainnya yang menyebabkan penurunan berat adalah feokromositoma dan pelepasan katekolamin merupakan faktor yang menimbulkan penurunan berat ini. Panhipopituitarisme dan insufisiensi adrenal dapat menurunkan berat badan yang terutama disebabkan oleh penurunan selera makan yang terjadi sekunder karena defisiensi kortisol.

->  Penyakit Gastrointestinal
Steatore yang nyata atau yang tidak terlihat sebagai akibat dari penyakit sprue, pankreatitis kronik dan atau kistik fibrosis dapat menimbulkan keadaan atrofi kendati terdapat peningkatan asupan makanan yang besar. Penyakit traktus gastrointestinal lainnya yang menyebabkan penurunan berat badan adalah radang usus, parasit, striktur esofagus, obstruksi sekunder akibat ulkus peptikum yang kronik, anemia pernisiosa dan sirosis hepatik. Mekanisme timbulnya penurunan berat mencakup anoreksia, obstruksi dengan vomitus, malabsorpsi dan efek inflamasi. Masa intraabdominal (splenomegali masif) bekerja dengan menekan lambung semetara turunnya berat badan pada gagal jantung disebabkan oleh kongesti viseral.

->  Infeksi
Infeksi yang yang tersembunyi harus selalu dicari pada penurunan berat badan yang penyebabnya tidak dapat diketahui. Penyakit tuberkulosis, infeksi fungus, abses amoeba dan endokarditis bakterialis subakut harus diletakan pada puncak daftar penyakit yang dicurigai. Infeksi oleh HIV harus dipertimbangkan khususnya pada kelompok-kelompok populasi berisiko tinggi (laki-laki homosexualitas, obat-obat intravena, resipien transfusi multipel). Penurunan berat yang terjadi bersama dengan infeksi kemungkinan disebabkan oleh senyawa sitokin inflamatorik.

->  Malignitas
Kelainan malignitas yang tidak terlihat (okulta) mungkin merupakan penyebab penurunan berat yang paling sering ditemukan tanpa adanya keluhan dan gejala utama. Pada penyelidikan untuk keganasan penekanan utama harus ditempatkan pada traktus gastrointestinal, pankreas dan hati. Limfoma dan leukimia juga harus dipikirkan. Meskipun kelainan malignitas yang asimptomatik (kecuali penurunan berat badan) dapat terjadi pada setiap organ tubuh, namun traktus gastrointestinal merupakan lokasi yang paling sering. Mekanisme penurunan berat pada penyakit kanker bervariasi dan kerap kali lebih dari 1 faktor yang berperan dalam terjadinya mekanisme ini. Anoreksia biasanya dijumpai tetapi peningkatan metabolisme juga memegang peranan, khususnya pada jenis-jenis limfoma dan leukimia.

->  Kelainan Psikiatrik
Penyakit psikiatrik klasik yang menyertai penurunan berat yang mencolok adalah anoreksia nervosa. Kelainan konversi, skizofrenia, dan depresi dapat pula mengurangi asupan makanan. Pada pemeriksaan manula yang berat badannya menurun, keadaan depresi merupakan penyebab berat yang ditemukan sama seringnya dengan penyakit kanker.

->  Penyakit Renal
Salah satu manifestasi paling awal pada keadaan uremia adalah anoreksia. Sebagai konsekuensi semua pasien dengan turunnya berat badan yang tidak dapat dijelaskan harus dilakukan tes skrining fungsi ginjal.


Sumber :
Isselbacher,dkk. 1999. Harrison PRINSIP-PRINSIP ILMU PENYAKIT DALAM Ed.13 Volume 1. Jakarta: EGC.
Hermawan, A. Guntur. 1990. Jurnal Pengelolaan dan Pengobatan Hipertiroiditi. Surabaya: Laboratorium Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.
Walukow, Wulan Grace. Jurnal Gambaran Xerostomia pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di Poliklinik Endokrin RSUP. Prof dr. R. D. Kandou Manado. Manado: Universitas Sam Ratulangi.

Kamis, 13 Maret 2014

Definisi, Etiologi, dan Klasifikasi Syok (Renjatan)

Secara patofisiologis syok merupakan gangguan hemodinamik yang menyebabkan tidak adekuatnya hantaran oksigen dan perfusi jaringan. Gangguan hemodinamik tersebut dapat berupa penurunan tahanan vaskuler sistemik terutama di arteri, berkurangnya darah balik, penurunan pengisian ventrikel dan sangat kecilnya curah jantung. Gangguan faktor-faktor tersebut disebabkan oleh bermacam-macam proses baik primer pada sistim kardiovaskuler, neurologis ataupun imunologis. Diantara berbagai penyebab syok tersebut, penurunan hebat volume plasma intravaskuler merupakan faktor penyebab utama. Terjadinya penurunan hebat volume intravaskuler dapat terjadi akibat perdarahan atau dehidrasi berat, sehingga menyebabkan yang balik ke jantung berkurang dan curah jantung pun menurun. Penurunan hebat curah jantung menyebabkan hantaran oksigen dan perfusi jaringan tidak optimal dan akhirnya menyebabkan syok.

Klasifikasi
Syok dibagi menjadi beberapa jenis yaitu:
a.  Syok Oligemik, disebabkan oleh perdarahan atau kehilangan cairan yang banyak (bisa diakibatkan oleh muntah, diare, luka bakar atau dehidrasi) yang menyebabkan pengisian ventrikel tidak adekuat seperti penurunan preload berat yang direfleksikan pada penurunan volume dan tekanan akhir diastol ventrikel kanan dan kiri.
b.  Syok Obstruktif Ekstrakardiak disebabkan oleh ketidakmampuan ventrikel untuk mengisi selama diastole, sehingga menurunkan volume sekuncup (stroke volume) dan curah jantung akhir.
c.      Syok Kardiogenik, disebabkan oleh depresi berat kerja jantung sistolik.
d.      Syok Distributif,

Etiologi
Syok dapat disebabkan oleh berbagai kondisi yang mengurangi aliran darah, termasuk:
ü  Masalah jantung (seperti Penyakit Jantung Koroner atau Gagal Jantung)
ü  Menurunnya volume darah (oleh karena perdarahan hebat atau dehidrasi)
ü  Perubahan yang terjadi didalam pembuluh darah (seperti infeksi atau reaksi alergik)
ü  Beberapa obat-obatan yang memungkinkan mengurangi fungsi jantung atau tekanan darah.


Mekanisme syok yang disebabkan oleh dehidrasi yang berupa bibir, lidah dan kulit kering serta turgor kulit menurun, yang mungkin disebabkan juga oleh muntah lebih dari 10 kali sehari sehingga cairan didalam tubuh pasien berkurang cukup banyak yang dapat menyebabkan syok.

Pada dehidrasi yang terjadi ini, menyebabkan penurunannya volume darah sehingga terjadinya penurunan aliran balik vena ke jantung, akibatnya curah jantung menurun dan menyebabkan penurunan perfusi jaringan. Akibat dari curah jantung yang menurun, terjadinya juga penurunan tekanan darah. Bila hal ini terjadi cukup lama, akan menyebabkan kerusakan pada sel yang berakibat dengan kematian sel. Apabila semakin banyak sel yang mati, hal ini akan cepat berlangsung menjadi gagal organ dan lama-kelamaan bisa menyebabkan kematian. Oleh sebab itu, syok atau renjatan ini harus ditangani sesegera mungkin dan bersifat gawat darurat.

Sumber:
Arvin,Benheman Kliegma. 2000. Nelson Llmu Kesehatan Anak Ed.15 Vol.3. Jakarta: EGC.
Isselbacher,dkk. 1999. Harrison: Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam Ed.13 Vol.1. Jakarta: EGC.

Tambayong, Jan. 2000. Patofisiologi untuk keperawatan. Jakarta: EGC.